Senin, 08 Mei 2017

KONSELING SUKSES, PRESTASI MENINGKAT





Bisa dikatakan bahwa konseling menjadi salah satu indikator utama dalam kesuksesan sekolah, mengapa bisa demikian? Karena jika konseling berjalan dengan baik, efektif, maka prestasi anak didik akan datang dengan sendirinya, karena sebagaimana kita tahu bahwasanya konseling selain bermakna preventif (pencegahan) yakni mencegah hal-hal negative dalam diri anak didik, juga bermakna ofensif, dalam artian mendorong anak didik untuk bersemangat belajar, dan memaksimalkan usaha untuk meraih cita-cita.
Konseling adalah suatu proses psikologi, yang mana dari praktek ini anak akan sadar bahwa di dalam dirinya terdapat potensi besar yang akan menjadi bermanfaat apabila digali, dan diasah dengan benar, serta dioptimalkan secara maksimal. Hal ini sangatlah menarik bukan, karena pada dasarnya semua manusia memiliki kecenderungan minat dan bakat dalam dirinya, akan tetapi hanya sedikit orang yang menyadari itu, hanya sedikit orang yang mengetahui potensi besar dalam dirinya.
Untuk menjadi seorang yang sukses, maka hal pertama yang harus kita lakukan adalah yakin, yakin bahwa di dalam diri kita terdapat potensi dan kekuatan besar yang mungkin tidak dimiliki orang lain, yang mana kekuatan ini akan menjadi lebih besar ketika kita mengaktualisasikanya. Akan tetapi kenyataanya, tidak atau belum semua orang mampu menyadari hal tersebut, banyak dari siswa di sekolah belum mengetahui benar apa yang mereka inginkan, atau bahkan belum mengenali dirinya sendiri, jika hal ini terjadi, bagaimana bisa keyakinan itu tumbuh? Maka disinilah urgensi konseling diperlukan, aspek psikologi sangat berpengaruh bagi kesuksesan manusia, maka melalui pendekatan psikologis ini konselor bekerja, untuk menumbuhkan semangat anak didik, memotivasi, memberikan inspirasi, mengubur pikiran-pikiran negatif dalam diri mereka agar mereka mampu mencapai target dan tujuan seperti yang mereka cita-citakan.
Selain itu, segala bentuk penyimpangan remaja yang saat ini marak terjadi di Kalangan pelajar juga menjadi PR besar bagi suatu institusi pendidikan, khususnya konselor. Untuk membuktikan peranya, maka seharusnya konselor mampu membendung hal tersebut agar tidak sampai terjadi, serta menyelesaikan permasalahan ini dari akarnya sehingga tidak akan tumbuh lagi, sehingga nilai nilai negative ini tergantikan dengan nilai-nilai positif dalam diri peserta didik.
Jika konselor berhasil dalam menangani dua hal tersebut, maka prestasi prestasi individu akan terbentuk dengan sendirinya, sehingga diharapkan dari kesuksesan individu akan melahirkan kesuksesan kelembagaan sekolah yang bersangkutan. Jika hal ini terjadi, maka reputasi sekolah juga akan meningkat dan memiliki citra yang baik di mata masyarakat, sehingga masyarakat tidak perlu ragu untuk memasukkan anaknya untuk mengenyam pendidikan di lembaga tersebut.
Namun perlu diingat, pencapaian ini mustahil terjadi jika pelaksanaan program konseling hanya sebagai program sampingan, jelas hal ini adalah anggapan yang keliru, tapi kenyataanya masih banyak sekolah atau lembaga yang kurang memperdulikan program konseling. Mereka justru memperbaiki kegiatan ekstrakuler, dan malah melupakan sifat alami manusia yang rawan terhadap segala bentuk gejala psikologi yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Mereka memperbaiki segala kenampakan luar dari lembaga tersebut tapi tidak memperhatikan faktor internal dalam diri peserta didik.
Maka seharusnya fenomena seperti ini haruslah segera dihentikan, harus dilakukan perbaikan dan pembaharuan dalam program pelaksanaan konseling, dan peran dari semua pihak sangat dibutuhkan, mulai dari institusi/lembaga yang bersangkutan, konselor, hingga masyarakat yang mendukung program konseling, sehingga konseling mampu menjawab segala tantangan dalam dunia pendidikan khususnya, dan menghasilkan output yang mana berupa peserta didik yang berkualitas, yang mampu menjawab segala tantangan perubahan zaman.

Senin, 01 Mei 2017

kenakalan remaja atau kesalahan oran tua?


Mendengar kata kenakalan remaja pastilah sudah tidak asing di telinga kita, apalagi akhir akhir ini marak diberitakan di berbagai media mengenai kasus kenakalan remaja, mulai dari kenakalan kenakalan ringan hingga tindakan criminal, seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, marak diberitakan media seorang siswa yang membunuh temanya sendiri.
Namun tahukah kita bahwa kenakalan tersebut tidaklah murni terjadi tanpa ada sebab, kenakalan yang mereka lakukan bukanlah mutlak kesalahan mereka, ada beberapa faktor yang menyebabkan mereka melakukan tindakan tersebut, salahsatu faktornya adalah orang tua, yakni orang tua yang lalai akan tugasnya sebagai orang tua.
Bagaimana hal ini bias terjadi? Sebagaimana telah kita ketahui bahwa tugas orang tua adalah mendidik, mengasuh, dan merawat anak dengan baik sesuai norma norma dan ajaran agama. Disamping itu orang tua juga merupakan panutan bagi anak anaknya, ketika orang tua berperilaku baik, maka anaknya juga akan berperilaku baik. dalam agama islam pun dijelaskan bahwa  anak adalah amanah dari Allah SWT yang harus dijaga dengan sebaik baiknya oleh orang tua. Namun dewasa ini, banyak orang tua yang melalaikan tugasnya sebagai orang tua, ada beberapa alasan/factor hal ini bias terjadi, maka ketika hal ini terjadi, kenakalan remaja pun tidak bias dihindari. Beberapa factor tersebut diantaranya;
1.      Perceraianatauperselisihan orang tua
Perceraian orang tua bias memicu perilaku negative pada anak, hal ini dikarenakan si anak kurang mendapat perhatian yang layak dari kedua orang tuanya sehingga ia melakukan tindakan tindakan yang mungkin dianggap negative untuk menarik perhatian orang tuanya.
2.      Kurangnya pendidikan agama
Pendidikan agama sangatlah penting untuk bekal di dunia dan di akhirat, maka seyogyanya seorang anak harus mendapatkan pendidikan agama sejak usia dini, agar kelak ia terikat dengan atura naturan agama dan lebih waspada terhadap hal hal buruk. Dan ini merupakan tugas orang tua untuk memberikan anak pendidikan agama.
3.      Mementingkan karier
Seiring berkembangnya zaman, mak aterjadi pula pergeseran perandalam rumah tangga, jika zaman dahulu peran wanita atau ibu adalah mengurus rumahtangga dan anak, namun di zaman ini tidak lagi, banyak wanita yang mengejar karier dan meninggalkan tugas utamanya sebagai seorang ibu, dan anaknya dipasrahkan kepada pembantu rumahtangga atau baby sitter. Begitupun terjadi dengan seorang ayah, mereka hanya focus dalam mencapai karier saja sehingga sang anak kurang mendapat perhatian, dan komunikasi dalam keluarga tidak terjalin dengan baik.
Dari sini dapat kita ketahui bahwa pola asuh dan lingkungan keluarga banyak mempengaruhi perilaku anak, maka sebagai orangtua hendaknya memberikan contoh dan didikan kepada anak sebaik mungkin, sedini mungkin, bahkan ketika anak masih dalam usia kandungan. Ketika orang tua berprilaku baik, maka anak juga akan berprilaku baik, begitupun sebaliknya, sebagaimana pribahasa “buah tidak jatuh jauh dari pohonya”.
Pendidikan anak juga merupakan tugas dan tanggung jawab bersama antara ayah dan ibu, tidak bias dilimpahkan terhadap salahsatunya saja. Seorang ibu yang bertanggungjawab mengurus rumahtangga dirumah bias mengajari anaknya denganbaik, mengenalkanya kepada ajaran ajaran agama, sopansantun yang baik, dan perilaku perilaku terpuji lainya, sedangkan ayah yang mencari nafkah bias mencari nafkah yang halal untuk keluarganya, sehingga keluarganya senantiasa terjaga dan dipenuhi keberkahan, ini adalah contoh kecil dari tugas orang tua.
Sebagai orang tua juga harus berhati hati dalam mendidik anak, terkadang ada tindakan yang tidak sengaja atau tidak mereka sadari akan tetapi sangat membekas dalam jiwa anak, berikut ada kutipan dari“Dorothy law nolte. Ph, D”
Jika anak dibesarkan dengan celaan, dia belajar memaki
Jika anak dibesarkan dengan permusuhan/kekerasan, dia belajar membenci
Jika anak dibesarkan dengan cemoohan, dia belajar rendahdiri
Jika anak dibesarkan dengan hinaan, dia belajar menyesali diri
Jika anak dibesarkan dengan toleransi, dia belajar menahandiri
Jika anak dibesarkan dengan pujian, dia belaja rmenghargai
Jikaanakdibesarkandengandorongan, diabelajarpercayadiri
Jika anak dibesarkan dengan sebaik-baiknya perlakuan, dia belajar keadilan
Jika anak dibesarkan dengan rasa aman, dia belajar menaruh kepercayaan
Jika anak dibesarkan dengan dukungan, dia belajar menyenangi dirinya
Jika anak dibesarkan dengan kasihsayang danpersahabatan, dia pun belajar menemukan cinta dalam kehidupan
           


Senin, 24 April 2017

masalah pada peserta didik danupaya bimbingan konseling




Dalam kamus besar bahasa indonesia (KBBI) masalah adalah permasalahan yang harus diselesaikan, maka apabila suatu masalah tidak diselesaikan atau dipecahkan, maka dikhawatirkan akan berdampak pada kehidupan individu, mengenai masalah, maka ada beberapa ciri masalah, diantaranya:
1.      Tidak disukai adanya
2.      Memberatkan individu
3.      Ingin segera dihilangkan atau diselesaikan
Adapun masalah dalam dunia pendidikan, khususnya yang menyangkut peserta didik ada beberapa jenis masalah yang dihadapi peserta didik, diantara masalah tersebut adalah;
1.      Masalah perkembangan individu
Telah kita ketahui bahwasanya setiap individu memiliki tugas perkembangan dalam setiap tahap perkembangan, apabila salah satu tahap belum terlewati secara sempurna maka hal ini akan menimbulkan masalah bagi individu atau bahkan bisa menimbulkan perilaku menyimpang, maka, disini tugas bimbingan dan konseling adalah untuk memastikan bahwa semuaindividu telah melewati tugas perkembanganya dengan sempurna. Adapun perkembangan ini tercakup dalam aspek psikomotorik, kognitif, emosional, spiritual dan sosial.
2.      Masalah belajar
Dalam seluruh proses pendidikan, belajar merupakan kegiatan inti. Pendidikan itu sendiri dapat diartikan sebagai bantuan perkembang-an melalui kegiatan belajar. Secara psikologis belajar dapat diartikan sebagai proses memperoleh perubahan tingkah laku (baik dalam kognitif, af’ektif, maupun psikomotor) untuk memperoleh respons yang diperlukan dalam interaksi dengan lingkungan secara efisien.
     Masalah belajar yang dihadapi peserta didik dapat berhubungan dengan ketidakseimbangan mental atau gangguan fungsi mental diantaranya:
  • Kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensial (kecer­dasan)
  • Kurangnya kemampuan mental, seperti kurang perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energi untuk bekerja atau belajar karena kekurangan makanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental;
  • Kesiapan diri yang kurang matang.
Dari jenis jenis masalah ini, ada beberapa bentuk masalah yang umumnya dialami peserta didik. Diantaranya:
1.      Rendahnya prestasi di sekolah
2.      Terlambat masuk kelas
3.      Tidak hormat pada guru
4.      Bertengkar sesama siswa
5.      Tertutup, pemalu
6.      Membolos
Dan masih banyak lagi bentuk bentuk masalah yang dialami peserta didik di sekolah. lalu bagaimana upaya bimbingan dan konseling untuk menangani masalah tersebut? berikut ada beberapa upaya atau pedekatan yang biasanya digunakan untuk menangani masalah siswa, diantaranya;
1.      Pendekatan krisis
Pendekatan krisis adalah pendekatan yang diperuntukan kepada siswa yang memiliki krisis atau masalah, jadi konselor bertindak ketika siswa datang menghadap karena memiliki masalah, selanjutnya konselor membantu sesuai permasalahan yang dihadapi.
2.      Pendekatan remedial (remedial teaching)
Pendekatan ini digunakan khususnya untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar. Tujuanya untuk membantu kesulitan yang dialami individu, adapun pendekatan ini dapat dilakukan setelah si konselor mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.
3.      Pendekatan preventif
Pendekatan preventif atau lebih kita kenal dengan upaya pencegahan adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya masalah, atau memperkecil efek dari masalah tersebut seandainya sudah terlanjur terjadi.

Maka seorang guru hendaklah mengetahui permasalahan yang dialami siswa, karena dari sini seorang guru khususnya guru bimbingan dan konseling bisa melakukan tindakan preventif untuk mengantisispasi munculnya suatu masalah. Selain itu, secara khusus kita akan bisa membantu menangani siswa yang sedang menghadapi permasalahan pribadi sesuai dengan kemampuan dan selama itu belum melewati batas tugas dari seorang guru, yaitu dengan menggunakan pendekatan perkembangan. Pendekatan perkembangan adalah  pendekatan yang merupakan tindak lanjut pendekatan  preventif, pendekatan krisis dan pendekatan remedial.  

vv

Senin, 17 April 2017

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN

PEMBELAJARAN BERBASIS BIMBINGAN
Jika berbicara mengenai dunia pendidikan maka tidak akan terlepas dari peran guru, karena guru memegang peranan besar dalam proses pendidikan, dalam kegiatan belajar mengajar peran guru sangat urgent, selain sebagai fasilitator untuk siswa guru juga dapat dikatakan sebagai orang tua kedua bagi siswa. Maka hendaknya seorang guru memiliki keahlian, tidak cukup hanya dalam aspek kognitif saja, melainkan aspek afeksi dan sosial karena guru harus bisa memahami siswa, dan mengerti akan kebutuhan siswa, karena sejatinya kebutuhan antara siswa satu dengan siswa lainya bebeda, begitupun dengan potensi yang mereka miliki tentunya berbeda pula.
Di zaman modern ini, telah banyak inovasi dan perubahan dalam dunia pendidikan, jika pada zaman dahulu kegiatan belajar mengajar terpusat pada guru (teacher center), dengan kegiatan kegiatan seputar ceramah, diskusi, dan sebagainya, maka hal ini tidak berlaku pada saat ini dan bahkan model pembelajaran seperti ini bisa disebut kuno. Seiring bergesernya paradigma dan kebutuhan akan SDM yang handal, maka model yang banyak digunakan saat ini adalah model pembelajaran siswa aktif (student center), hal ini juga sebagaimana yang tercantum dalam tujuan kurikulum K13. Berkenaan dengan ini, maka banyak inovas inovasi dalam model dan metode pembelajaran yang bisa digunakan guru, salah satu diantaranya adalah pembelajaran berbasis bimbingan.
Untuk memahami apa sebenarnya pembelajaran berbasis bimbingan maka alangkah lebih baiknya untuk memahami terlebih dulu apa itu bimbingan dan apa itu pembelajaran. Bimbingan, yang merupakan terjemahan dari bahasa inggris “guidance” yang berasal dari kata guide dapat diartikan secara luas sebagai mengarahkan (to direct), memandu (to pilot), mengelola (to manage) dan masih banyak lagi. Secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai usaha berkesinambungan untuk membantu individu dalam rangka untuk mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki individu tersebut secara optimal dengan menggunakan berbagai macam media dan teknik bimbingan. Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yang dilakukan pendidikan agar peserta didik belajar, sehingga terjadi proses perubahan perilaku yang merupakan efek dari pengalaman, adapun perubahan ini mencakup aspek afektif, kognitif dan psikomotorik.
Pembelajaran berbasis bimbingan dapat di definisikan sebagai model pembelajaran yang dirancang berdasarkan pemahaman terhadap bimbingan, dengan memperhatikan pemahaman terhadap peserta didik serta cara belajarnya, pembelajaran berbasis bimbingan sangatlah penting untuk diterapkan, melihat bahwa pembelajaran yang baik tidak hanya berorientasi pada pencapaian segi kognitif saja, akan tetapi menghasilkan output yang berupa perubahan perilaku yang positif dan sesuai norma. Maka, menurut budiman (Najjah, 2015), pembelajaran berbasis bimbingan seharusnya berlandaskan prinsip prinsip bimbingan, yaitu;
1)      Didasarkan pada needs assessment (sesuai dengan kebutuhan)
2)      Dikembangkan dalam suasana membantu (helping relationship)
3)      Bersifat memfasilitasi
4)      Berorientasi pada: (1) learning to be (belajar menjadi); (2) learning to learn (belajar untuk belajar); (3) learning to work (belajar untuk bekerja dan berkarir); (4) learning to live together (belajar untuk hidup bersama)
5)      Tujuan utama perkembangan potensi secara optimal.

Adapun ciri-ciri pembelajaran berbasis bimbingan adalah sebagai berikut;
a.       Diperuntukan bagi semua siswa
b.      Memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan sedang berkembang
c.       Mengakui siswa sebagai individu yang bermartabat dan berkemampuan
d.      Terarah ke pengembangan segenap aspek perkembangan anak secara menyeluruh dan optimal
e.       Disertai dengan berbagai sifat guru yang positif dan mendukung aktualisasi berbagai minat, potensi, dan kapabilitas siswa sesuai dengan norma-norma kehidupan yang dianut.
Maka dari pembelajaran berbasis bimbingan ini dapat membantu individu (peserta didik) untuk mengoptimalkan potensi dirinya seoptimal mungkin, mampu merencanakan pilihan studi dan kariernya di masa depan, dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat serta lingkungan, serta yang terpenting ia mampu menghadapi hambatan dan kesulitan dalam hidup yang ia hadapai.





KONSELING SUKSES, PRESTASI MENINGKAT

Bisa dikatakan bahwa konseling menjadi salah satu indikator utama dalam kesuksesan sekolah, mengapa bisa demikian? Karena jika ko...