Bisa dikatakan bahwa konseling menjadi salah satu indikator utama
dalam kesuksesan sekolah, mengapa bisa demikian? Karena jika konseling berjalan
dengan baik, efektif, maka prestasi anak didik akan datang dengan sendirinya,
karena sebagaimana kita tahu bahwasanya konseling selain bermakna preventif
(pencegahan) yakni mencegah hal-hal negative dalam diri anak didik, juga
bermakna ofensif, dalam artian mendorong anak didik untuk bersemangat belajar,
dan memaksimalkan usaha untuk meraih cita-cita.
Konseling adalah suatu proses psikologi, yang mana dari praktek ini
anak akan sadar bahwa di dalam dirinya terdapat potensi besar yang akan menjadi
bermanfaat apabila digali, dan diasah dengan benar, serta dioptimalkan secara
maksimal. Hal ini sangatlah menarik bukan, karena pada dasarnya semua manusia
memiliki kecenderungan minat dan bakat dalam dirinya, akan tetapi hanya sedikit
orang yang menyadari itu, hanya sedikit orang yang mengetahui potensi besar
dalam dirinya.
Untuk menjadi seorang yang sukses, maka hal pertama yang harus kita
lakukan adalah yakin, yakin bahwa di dalam diri kita terdapat potensi dan
kekuatan besar yang mungkin tidak dimiliki orang lain, yang mana kekuatan ini
akan menjadi lebih besar ketika kita mengaktualisasikanya. Akan tetapi
kenyataanya, tidak atau belum semua orang mampu menyadari hal tersebut, banyak
dari siswa di sekolah belum mengetahui benar apa yang mereka inginkan, atau
bahkan belum mengenali dirinya sendiri, jika hal ini terjadi, bagaimana bisa
keyakinan itu tumbuh? Maka disinilah urgensi konseling diperlukan, aspek
psikologi sangat berpengaruh bagi kesuksesan manusia, maka melalui pendekatan
psikologis ini konselor bekerja, untuk menumbuhkan semangat anak didik,
memotivasi, memberikan inspirasi, mengubur pikiran-pikiran negatif dalam diri
mereka agar mereka mampu mencapai target dan tujuan seperti yang mereka
cita-citakan.
Selain itu, segala bentuk penyimpangan remaja yang saat ini marak
terjadi di Kalangan pelajar juga menjadi PR besar bagi suatu institusi
pendidikan, khususnya konselor. Untuk membuktikan peranya, maka seharusnya
konselor mampu membendung hal tersebut agar tidak sampai terjadi, serta
menyelesaikan permasalahan ini dari akarnya sehingga tidak akan tumbuh lagi,
sehingga nilai nilai negative ini tergantikan dengan nilai-nilai positif dalam
diri peserta didik.
Jika konselor berhasil dalam menangani dua hal tersebut, maka
prestasi prestasi individu akan terbentuk dengan sendirinya, sehingga
diharapkan dari kesuksesan individu akan melahirkan kesuksesan kelembagaan
sekolah yang bersangkutan. Jika hal ini terjadi, maka reputasi sekolah juga
akan meningkat dan memiliki citra yang baik di mata masyarakat, sehingga
masyarakat tidak perlu ragu untuk memasukkan anaknya untuk mengenyam pendidikan
di lembaga tersebut.
Namun perlu diingat, pencapaian ini mustahil terjadi jika
pelaksanaan program konseling hanya sebagai program sampingan, jelas hal ini
adalah anggapan yang keliru, tapi kenyataanya masih banyak sekolah atau lembaga
yang kurang memperdulikan program konseling. Mereka justru memperbaiki kegiatan
ekstrakuler, dan malah melupakan sifat alami manusia yang rawan terhadap segala
bentuk gejala psikologi yang mempengaruhi sikap dan perilaku. Mereka
memperbaiki segala kenampakan luar dari lembaga tersebut tapi tidak
memperhatikan faktor internal dalam diri peserta didik.
Maka seharusnya fenomena seperti ini haruslah segera dihentikan,
harus dilakukan perbaikan dan pembaharuan dalam program pelaksanaan konseling,
dan peran dari semua pihak sangat dibutuhkan, mulai dari institusi/lembaga yang
bersangkutan, konselor, hingga masyarakat yang mendukung program konseling,
sehingga konseling mampu menjawab segala tantangan dalam dunia pendidikan
khususnya, dan menghasilkan output yang mana berupa peserta didik yang
berkualitas, yang mampu menjawab segala tantangan perubahan zaman.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar